Kamis, 02 April 2015

Surat cinta vahira

#‎surat_cintavahira‬
surat cinta yang terbang tanpa penerima.
cerita ini kisah seorang gadis berkacamata yang baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya. vahira gadis 19 tahun yang cantik dan pintar tetapi cukup rapuh untuk kata cinta. Teta Rasta nama kekasih yang selama ini ia puja dan puji ternyata telah melakukan kesalahan terbesar untuk percintaan mereka yang sudah 3 tahun lamanya ia bersama.
vahira anak tunggal yang tinggal bersama kakeknya disebuah desa sadaniang. di desa itu banyak anak kecil dan tak ada anak perempuan yang seumuran dengannya. ia sengaja pindah kerumah kakeknya untuk pergi menjauh dari pahitnya kisah cinta yang ia rasakan saat bersama Teta. Teta yang tadinya ia anggap orang yang baik dan tak mungkin menyakiti hati nya tega berselingkuh dengan wanita lain hingga wanita itu hamil.
bagaimana tidak perasaan vahira tak hancur waktu itu, sebab selama bertahun-tahun ia menjalani cinta yang palsu. semua waktu dan perasaan yang ia berikan begitu tulus ternyata hilang begitu saja. sejak saat itu ia menghabiskan waktunya di desa sadaniang. desa yang jauh dari telekomunikasi dan kemajuan teknologi.
Part 1
koper dan sebuah tas yang vahira bawa pertanda ia akan tinggal dalam waktu yang lama serta membantu desa untuk menjadi guru di desa sadaniang. Didesa ini merupakan desa yang jauh dari kata maju. sebab transportasi sangat sulit untuk masuk disini.
Desa sadaniang saat pertama kali diinjak oleh vahira ia merasa akan betah walaupun disana ia tahu akan banyak ketinggalan informasi kecuali ia pergi kepasar itu pun seminggu sekali bila sempat.
penduduk di desa sadaniang senang atas kedatangan guru vahira. vahira hanya seorang lulusan akuntansi manajemen tetapi saat ia kuliah ia membuka jasa les privat bagi siswa sekolah dasar. sehingga tak canggung baginya bila harus menjadi guru disebuah desa apalagi itu adalah desa kakeknya.
pagi itu tepatnya pukul 9 vahira membuat taman-taman kecil di depan sekolah dasar tempat ia akan mengajar nanti. ditemani kakek nya yang terlihat masih segar hanya saja sang nenek telah pergi lebih dulu karena kanker payudara nya. vahira sengaja membuat taman bunga agar sekolah ini tak membosankan baginya.
satu persatu tangkai bunga di tanam dalam pot dan perkarangan depan kelas. sambil mengumpulkan daun-daun kering ia buat satu bentuk rumah dengan kumpulan daun itu dan ia bingkai lalu dipajang. lalu ia memungut ranting pohon yang kecil dan ia buat menjadi tempat spidol dan penghapus.
dikamar vahira hanya ada sebuah ranjang kayu bertingkat 2 serta sebuah lemari kayu yang agak keropos.
vahira yang sangat pintar dan kreatif ia membuat kamarnya senyaman mungkin walaupun tanpa lampu ia membuat pelita yang terang untuknya menulis sebuah surat.
dibawah jendela vahira ada sebuah sungai yang deras sehingga sesekali ia membuka jendelanya untuk menerbangkan surat cintanya diatas air. setiap minggu ia melakukan hal itu menceritakan kisah nya lalu menerbangkannya.
dear, Teta rasta
Salam sedihku, malam minggu pertamaku.
‪#‎surat‬ ku yang pertama
kutulis atas dasar kecewa yang bertubi-tubi yang saat ini tengah mencabik perih kedua biji mataku yang kau tahu aku akan menangis. aku tak pernah ingin cerita ini menjadi hitam...seperti gelapnya malam dikampung sadaniang ini. sengaja aku disini untuk menikmati kelamnya tanpa seorang pujangga yang dulu pernah berkata setia untukku. entah badai apa pujanggaku pergi tanpa irama. aku tahu bukan lah dia, bukan lah hanya dia yang ada dibumi ini. tapi aku telah bahagia sebelum aku tahu keburukannya.
kau orang yang kupuja yang kusanjung hingga kelangit , pria yang ku beri makna kegagahan atas milik tubuh ini. tapi itu tak berarti lagi bagiku. kau kini telah melakukan kesalahan terbesar untuk mengakhiri hubungan ini. dan kini aku putuskan aku akan menjauh dan mencari sisi terangku digelapnya malam yang di iringi suara kodok yang memanggil hujan...
kumulai perjalananku untuk akhiri perasaanku......tertanggal 15 feb 2014
surat dilipat dan mulai di terpa angin dan menghanyutkan kertas itu ke arah angin yang berhembus.
"Teta kuharap kau akan mengerti, dan ku tak ingin bertahan dengan kepalsuan ini".
jendela ditutup , cahaya pelita diperkecil saatnya vahira memanjakan dirinya diatas kasur yang memang tidaklah empuk tetapi cukup nyaman untuk dinikmati saat kelam dan mata mengantuk.
sambil melihat foto kedua orangtua nya vahira hanya berdoa walaupun orangtua mereka berpisah dan memilih berkeluarga baginya tak masalah bila mereka akan baik-baik saja. hingga ia terlelap dan memejamkan mata
‪#‎continue‬

mentari pagi pun tampak malu malu masuk di sela jendela kamar vahira pagi itu. kicauan burung burung yang bersahut sahutan dari luar memaksa vahira harus membuka matanya dan mengosok-gosok matanya lalu berdiri dan menyilangkan kedua tangan nya sambil mengumpulkan tenaga. ia pun keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk cuci muka dan gosok gigi. setelah itu ia memasak air untuk membuat kopi dan susu hangat untuk vahira dan kakeknya, sekaligus membuat sarapan pagi. setelah sarapan selesai ia membersihkan dirinya kesungai yang dingin dan cukup membuat tubuh mengigil setelah mengeringkan tubuh di atas tangga tempat mandi. didesa masih belum ada kamar mandi khusus, jadi untuk mandi hanya menggunakan kain didesa sadaniang menyebutnya "kemban" untuk menutupi dada hingga lutut.
awalnya vahira merasa malu dan bertanya-tanya "bagaimana cara menggunakan nya ? apa tidak terjatuh kebawah bila ikatannya lepas?" ia memperhatikan ibu-ibu yang juga sedang memandikan anaknya dan mencuci pakaian yang menggunakan kemban. dan ia melihat seorang wanita muda yang masih muda sekitar 15 tahun juga menggunakan kemban dan vahira mengikuti bagaimana ikatannya agar tidak mudah terlepas dari tubuh. cukup lama ia berendam diair tersebut dan mereka yang sibuk memandikan anaknya, mencuci dan mandi telah selesai vahira termenung sejenak ada baiknya warga dikampung sangat perhatian terhadap anak nya, juga pekerjaan nya sebagai seorang ibu. namun, ibu vahira tidak seperti ibu yang ada di desa Sadaniang ini yang bertanggun jawab terhadap tugasnya sebagai seorang ibu.
dan vahira berharap kelak bila ia menjadi seorang ibu, ia tak akan mau membuat putra putrinya merasa kesepian karena harus dititipkan ke orang lain.
Teringat lagi dengan kebohongan teta, bagaimana mungkin ia memiliki anak sedangkan pertunangan nya kandas ditangan sang maut "wanita idaman lain" karena vahira masih mengingat jelas janji kekasihnya waktu itu, "percaya saja va aku akan selalu setia dan selalu ada kecuali maut yang memisahkan kita berdua." begitulah ucapan teta saat itu. Dan benar WIL adalah maut yang selama ini vahira khawatirkan. dan vahira hanya mengadah ke langit berharap hari yang ia lalui menjadi bermakna.
tubuh vahira pun mengering setelah berkali-kali ia mengelap tubuhnya dengan handuk.
terasa segar rona wajah vahira pagi itu setelah sarapan ia lansung keluar menuju sekolah dasar sadaniang yang tidak terlalu besar itu.
lonceng dari gear motor dan besi pun berbunyi"teng teng teng"pertanda kelas akan dimulai.
Sekolah sadaniang hanya memiliki 3 orang guru dan vahira jadi 4 orang yang akan mengajar di desa itu. vahira menjadi guru olahraga dan kesenian. tetapi bila guru lainnya tidak masuk vahira ikut membantu mengajar mata pelajaran yang lain seperti matematika dan bahasa inggris.
vahira seringkali mempraktekkan ilmu pengetahuan nya diluar kelas agar anak-anaknya tidak merasa bosan berada dikelas. dari membuat mainan hingga membuat puisi tentang lingkungan sekitar. bahkan ia sering mengajak muridnya menanam bunga sambil bernyanyi. murid murid vahira setiap sorenya sering datang kerumah vahira membawa botol bekas dan pipet es yang telah dibuang untuk dijadikan buah tangan karya anak-anak dan dikumpulkan untuk diberikan nama. sesekali vahira juga sering mengerjai muridnya yang sedikit nakal dengan bermain kecerdasan otak...lalu mencoret pipinya menggunakan kapur tanda kesalahan. hal itu lah yang membuat vahira senang dan terlupa sejenak akan kisah usangnya. seminggu berlalu dengan candaan dan tawa. tidak hanya disekolah dirumah pun saat bercocok tanam ia senang menjahili kakeknya sendiri dengan tanah. wajar saja sang kakek marah sambil tertawa kalau cucunya itu dari kecil senang menjahili orang lain sama seperti ayahnya "kau ini sudah sebesar ini masih saja jahil, kau dan ayah mu itu sama aja, sama-sama gila." begitulah ucapan sang kakek terhadap cucunya. tapi vahira tambah tertawa melihat wajah kakeknya"kakek itu sudah seperti tentara yang siap perang" begitu lah vahira mengejek kakeknya. "
Dasar anak nakal, pantas saja laki-laki tak ada yang mau dengan mu kau suka menjahili orang. " sesekali tawa pun terpecah dan begitulah kenyataannya di desa Sadaniang.
dear, teta rasta
salam sedih, serta rindu yang berduri
Hari demi hari ,waktu ke waktu tak pernah aku tahu kapan aku berhenti mengucap dan mengingat tentang mu. wahai kekasihku yang bukan lagi milikku apakah kau senang terlepas dari tubuh ku....
terlepas dari tubuh yang merangkulmu saat kau lagi merasa kan lelah, saat kau merasa risau akan kah kau bisa terbiasa.
Tapi mungkin saja kau memang terbiasa sebab tak mungkin wanita itu berbadan dua bila kau tak menikmati khilaf yang kau maksud. aku cuma ingin perlahan mempertanyakan diriku bagaimana cara aku melupakan kerinduan ku padamu. sebab selama bertahun-tahun hanya kau yang hiasi telingaku dengan cerita cerita konyol dan penuh kemesraan. kini aku terlepas dari potretmu bahkan wajahmu yang dulu sangat sering untuk kulihat. kini aku mencoba menikmati kesendirianku dan anggaplah ini adalah kehilafanku karena akan melupakan mu.
tertanggal 22 feb 2014....vhr
kertas pun dilipat dan ia membuka jendelanya untuk menerbangkan surat cintanya kepada entah siapa yang menerima.
‪#‎continue‬ part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar