PROLOG
Hubungan Rani dan Dannu
seperti romeo dan Juliet, kemana mana mereka selalu kompak. Semua orang iri
terhadapnya, meskipun keduanya berbeda agama ia selalu yakin Tuhan memiliki
rencana lain untuk kehidupannya dan masa depannya. Dannu 26 Tahun bekerja disalah
satu kantor swasta dan Rani seorang mahasiswa namun walaupun ilmu agamanya
tidak mendalam, ia berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit agar lebih
baik. Lama sudah mereka berpacaran, sejak awal masuk SMA tentu saja sudah
banyak kenangan yang terekam setiap tahunnya. Banyak sekali moment-moment
membahagiakan terlepas masa-masa SMA merupakan kebahagiaan yang tiada duanya.
Ke mall dan Ke pantai menjadi tempat favorit mereka. Akankah mereka dapat menyatukan
semua perbedaan????
Cinta ibaratkan zat zat kimia
yang memiliki chemistry antara satu sama lain. Meskipun begitu mereka tak ingin
terlihat romantis di depan orang banyak. karena romantis bukan untuk disengaja.
Namun saat Rani sudah menyelesaikan perkuliahannya Dannu berencana akan segera
melamar Rani. Selama ia berpacaran ia tak pernah bertengkar megenai status
agama, biasanya mereka hanya akan bertengkar tentang siapa yang akan menutup
telpon duluan. Namun kali ini mereka tak dapat menghindari masalah satu ini.
Ini masalah Tuhan dan hati manusia. Selain manusia tak akan tahu rasanya
seperti apa memilih seseorang yang dicintai atau agama yang dibawa sejak lahir.
“Kau tak pernah serius
menjalani hubungan ini Ran” Ucap Dannu
“Coba kau fikir mana ada orang
yang menikah untuk bercerai…dan tak ada orang yang berpacaran untuk putus.,
lantas kau menyalahkanku karena kita berpacaran?” Rani memberi pandangan.
“Kalau begitu mengapa kau tak
pindah agama saja, ayo ikut agamaku tinggalkan agamamu buat aku yakin kau
sungguh mencintaiku?” Dannu mencoba menekankan argumennya kepada Rani.
“Kalau kau mau tau aku
mencintaimu atau tidak, mungkin saat ini aku sudah dengan yang lain bahkan
detik ini juga aku tak perduli apa yang ingin kau katakan” air mata Rani jatuh
ke pipi.
“Aku Mencintaimu Ran, Ayo lah”
bujuk Dannu.
“Ya aku tau, sudah lama kau
ada dihatiku tidaklah mungkin aku membual akan rasa cinta tentang mu juga, tapi
harusnya kita tak perlu selama ini bercinta karena pada akhirnya hati ini akan
tersobek dengan sendirinya” Rani semakin sedih.
“Apa kau benar-benar ingin
melupakanku???? Apa kau sejahat itu Rani ,(menatap dalam) Baiklah sekarang kau
pilih agamamu atau berpisah??. Mata Danu ikut berkaca-kaca seakan berat
mengutarakan pertanyaan pilihan itu.
“Bila Tuhan hanya satu, Untuk
apa kita memilih Tuhan, Jika ia Esa kenapa agama masih berkuasa, Tanpa harus
membuat pilihan agamaku atau berpisah.” Rani meneruskan.
“Lalu kita harus bagaimana,
tidak mungkin kita terus menjalani hubungan tanpa kepastian. Sampai kapan
Rani,???, Danu seakan tak sabaran akan jawaban Rani.
“Kenapa kau kekeh memaksaku
untuk ikut denganmu?” Rani mempertanyakan lagi
“Karena aku calon Kepala
Keluarga, karena aku yang akan memutuskan segala sesuatunya karena itu kau
harus ikut denganku”
“Apa hanya itu, bukan kah
rumah tangga harus dibangun oleh dua orang, jika kau berfikir hanya kau yang
mengambil keputusan untuk apa aku menikah denganmu. Aku bukan babu yang
mengikuti seluruh keinginanmu, begitupun dirimu kau bukan pengemis yang meminta
rasa percayaku terhadap Tuhanku ” Rani protes.
“Aku berkomitmen untuk lahir
Kristen dan harus mati Kristen” Dannu mencoba kembali menegaskan.
“Ya aku juga ingin demikian
lahir islam matipun dalam keadaan islam, kau fikir aku tak punya komitmen,
Adu argumen antara Rani dan
Dannu sepertinya tak sudah-sudah, mereka memang saling mencintai namun pilihan
keyakinan antara keduanya sangat menyulitkan. Agama pegangan hidup jika tak
beragama maka orang-orang tak memiliki pedoman. Masing-masing mempertahankan
keimanannya. Cinta ini sudah diujung
tanduk, tak ada sebab musabab perselingkuhan apalagi tidak keperdulian yang ada
hanya keyakinan antara ganti Tuhan, atau ganti pacar. Sinar mentari mulai redup
rani memutuskan untuk pergi dan mencari tempat menenangkan diri.
***
“Sia-sia Ran hubungan mu
dengan Dannu, itu hanya akan membuatmu semakin sakit jika terus bertahan,
Suffie memberikan pendapat. Suffie teman akrab Rani sejak SMA.
“Tapi suffie, aku juga sayang
sama dia. Kami berdua sama-sama setia” ucap Rani.
“Ya..sulit memang Ran, Tapi apa
kau mau ganti Tuhan.???”
Sontak Rani terkejut dan memandangi
Suffie dengan Sinis “Kau fikir aku akan murtad, Gila “.
“Lantas kau memilih putus
dengan Danu?, Suffie bertanya memastikan.
“Huffft ….” Rani menghempaskan
tubuhnya diranjang suffie dan rani menarik nafas panjang.
“Aku juga tak yakin bisa
berpisah dengan Dannu…aku sudah lama dengannya, rasanya aku bisa mati kalau
tahu aku akan berpisah seperti ini.”
“Itu sama saja kau Menuhankan
Cinta, Ran” Suffie menambahkan.
“Hal itu juga yang membuatku
ragu Suff, hubungan ini sudah hampir 7 Tahun harusnya tak perlu selama ini jika
akan berakhir dalam 7 detik.” Rani mulai meneteskan air matanya.
Suffie merangkul berusaha
menenangkan hati Rani yang gundah.
“Begini saja ran kamu pergi
kebelakang ambil wudhu sholat istigharah insyaallah kamu akan menemukan jalan keluarnya.
Jika masih belum menemukan apapun maka nanti malam kamu kembali sholat dengan
niat hati yang ikhlas.” ucap suffie.
Rani menganggukan kepalanya
dan langsung bergegas menuju kearah dapur untuk mengambil wudhu.
5 menit berlalu, Rani masih
saja duduk bersimpuh mengadahkan kedua tangannya air mata terus membasahi pipi
anggun nya. Suffie merasa khawatir akan kondisi Rani yang terus menangis dan
menangis.
“Ran….” Suffie menghampiri
rani yang terus saja menangis.
“Suffie, aku gak sanggup, aku
ingin mati saja”
“Ran, Istighfar kamu ngomongin
apa sih”
“Aku gak bisa bayangkan kalo
aku harus memilih pertama kalau aku memilih murtad maka aku akan terus hidup
dalam ketidak tenangan, jika aku memilih tetap menjadi seorang muslim maka aku
harus kehilangan orang terdekatku yang selalu memberiku kebahagiaan” Rani
tersedu-sedu menahan pedihnya akan sebuah pilihan.
“Rani, seorang muslim tidak
pantas mengambil hak atas kehendak Allah SWT baik itu mati, Jodoh apalagi
rejeki. Semua akan mendapatkan apa yang pantas menjadi miliki mereka, begitupun
garis hidupmu”
“Tapi suffie aku sudah tidak
tahan, aku tak pernah secinta ini dengan siapapun”
“Jika kau mencintainya, maka
pergilah dari pelukannya, tapi bila kau ragu pastikan kau memutuskan yang
terbaik dalam hidupmu”
“Maksudmu???” Tanya rani ke
sahabatnya itu.
“Maksudku, jika kau membuat
keputusan yang sulit maka ambil yang sangat sulit bagimu untuk melakukannya.
Kesulitan itulah yang akan membuatmu semakin yakin kau tak kan sendiri.”
“Sungguh aku benar-benar
mencintainya, sedikitpun aku tak pernah mempersalahkan agamanya karena aku juga
tahu betapa hatinya tulus, tapi aku tak tahu bagaimana melewati hari-hari
tersulitku jika aku benar melupakan tentangnya.”
“Tak ada yang sulit, bila kau
sungguh mencintainya. Melupakannya adalah cara terbaik untuk mencintainya.”
“Aku tak bisa setenang itu
suffie, aku akan terus dan terus dihantui rasa rindu sebab perpisahan ini bukan
karena orang ketiga, apalagi tentang etika, ini hanya karena agama.”
Arloji rani sudah menunjukkan
jam 01.05 suffie pun sudah sedikit lelah mendengar kesedihan hati sahabatnya
itu.
“Rani , hari sudah larut
bagaimana kau tidur disini.
Rani mengganguk lemah, dan
menuju ranjang suffie dan berbaring menatap langit-langit kamar yang dihiasi
cicak-cicak, hingga ia terlelap dengan butir air mata yang membasahi pipi Rani.
Suffie menutupi tubuh Rani
dengan selimut hangatnya…dan mematikan lampu kamar.
***
Lain hal dengan Dannu yang
berusaha memperdalam keimananya demi meyakinkan Rani. Ia sering ke gereja dan
ia juga mendapatkan seorang teman baru wanita. Gadis itu menyapa Danu yang
sedang sedih saat berdoa.
“Hei… Namaku Marcia Feliciona
Panggil Cia juga boleh”
Dannu tak heran, karena akhir-akhir
ini wanita itu juga sering ia jumpai saat ke Gereja. Gadis itu memang terlihat
ramah dengan semua orang. Hampir sebagian menyapanya saat pulang ibadah.
“Aku Dannuarta, Biasanya
dipanggil Dannu”
“Senang bisa berkenalan
denganmu, rumahku dekat sini. Kalau kau ingin mampir silahkan. Rumahku beratap
biru bercat putih kentang, No 11. “ Sambil melontarkan Senyum.
Ya, Thanks senang juga bisa
berkenalan dengan mu Cia. (tersenyum)
Dannu memang sering melewati
komplek rumah cia saat mau kerumah teman nya, namun dannu tak punya kepentingan
dan baru saja mengenal cia waktu di Gereja. Tapi setelah kenelan itu Dannu
semakin sering lewat didepan rumah cia, namun cia tak pernah terlihat didepan
rumahnya sepi.
Seminggu berikutnya Dannu
kembali melihat gadis itu biasanya dannu hanya lewat dan ngobrol sebentar
didepan rumah temannya. rencananya ia ingin mampir kerumah Cia, tetapi Dannu masih
belum melihat Cia. Dannu menunggu setelah pulang gereja agar bisa bertemu Cia
lagi.
“Ciaaaaaa(teriaak Danu) aku
mampir kerumahmu ya” Danu teriak dari tempat parkir gereja. Cia mengganguk dan
mengangkat jempol tangannya.
Sebelum kerumah Cia Dannu
pulang untuk mengganti bajunya agar terlihat lebih santai. Rumah Danu juga tak
jauh dari rumah Cia. Danu pun sampai di depan rumah Cia, Danu turun dari motor
dan membuka pagar. Daun pintu pun terbuka dan disambut senyum cia.
“Masuklah, mau minum apa?”
“Apa aja, asal tidak
merepotkan”
“silahkan duduk, nanti aku
yang akan merepotkanmu” cia menggoda.
Dannu hanya tersenyum. Disana
terdapat banyak foto cia dan tunangannya saat bertukar cincin dan foto keluarga
Cia. Dannu penasaran dengan siapa ia tinggal, karena rumahnya terlihat sepi.
Cia pun datang membawa segelas
Es jeruk “ Maaf Dannu agak lama, silahkan”. Cia menawarkan minum.
“Makasih nona cia, oh iya
siapa pria yang ada di foto itu(menunjuk arah dinding)”
“Dia mantan tunanganku, kami
baru saja putus dua minggu lalu saat aku kegereja waktu itu”
“Sorry, kamu tinggal sendirian?
Tanya Dannu lagi
“Tadinya berdua dengan sepupu
ku tapi karena dia sudah menikah jadi aku sendirian” pungkas Cia
“Oh Begitu, sayang sekali ya
sepupumu sudah menikah, tetapi kau malah putus dengan tunanganmu, apa dia tidak
menyesal memutuskan tunangan dengan orang sebaik kamu”.
“Sudahlah, dia juga sudah
bahagia bersama pilihannya aku tak punya hak atas hidupnya, mungkin sudah
disiapkan yang lebih baik.” Cia meyakinkan dirinya.
“Kamu sendiri sedang dalam
masalah? Ku Cuma melihat kau dari jauh seperti ada sesuatu yang mengganjal
dihatimu, ceritakan lah” Cia meminta.
“Emhhh…aku binggung. Tapi aku
butuh bercerita.
“Taka pa, aku pendengar yang
baik”
“Emmbbbbb….aku baru saja
mengenalmu”
“Tak apa aku tak memaksa”
“Tapi tak adil jika aku
bertanya, sedangkan kau menjawab pertanyaanku. Sedangkan aku sendiri tak
menceritakan apa yang terjadi denganku. Baik lahhhh”
Cia tersenyum” nahhh gitu donk”
Dannu memulai ceritanya “Begini
Aku memiliki seorang kekasih. Hampir 7 tahun kami berpacaran dan rencana nya
kami ingin menikah”
“Wowhhh, bagus dong kalau
begitu”
“harusnya sih memang bagus”
Mimik muka Dannu berubah
“Ada apa? Apa dia
selingkuh???? Cia bertanya
“Tidak, dia orang yang baik,
perhatian dan periang orangnya” Dannu memuji Rani
“Hanya saja kami sedang
bertengkar, dan aku sulit sekali membuat keputusan”
“Sudah dibicarakan baik-baik?”
“Semuanya sudah kucoba, tapi
dia tetap keras kepala untuk hal yang satu ini” Dannu mencoba menjelaskan.
“Aku gak paham, masalahnya apa
sampai dia gak bisa menerima, apa kamu Gay atau Homo?hahahaha”
“Eits… Enak aja sembarangan
kalau bicara! Aku normal.” Dannu membela diri.
“Kami berbeda keyakinan,
Awalnya aku berjanji untuk menjaganya sampai nanti, tak akan menyakiti dia, dan
aku berjanji tidak ada kata putus sampai kapanpun, yang aku risaukan saat ini
bagaimana cara membujuknya untuk ikut dengan ku”
“Ohhhh…. Cinta beng beng,
Cinta memang satu beng beng nya berbeda, lantas kita harus pisah hanya karena
sama-sama suka beng-beng” Cia mengejek Dannu dengan lagu diiklan, hahahaha.
“Kalau gak bisa kenapa harus
dipaksakan” Cia mulai serius.
“Aku gak maksa, tapi aku mau
dia ikut agamaku. Dia wanita pertama yang tahan segala cuaca, dia sabar
mengahadapiku.”
“Beruntung sekali kamu, punya
pacar seperti dia tapi bukankah kita lahir Kristen mati tetap Kristen”.
“Itu juga yang membuatku
sangsi, Cia aku gak tau harus gimana”
“Cari yang lain aja, kamu gak
mungkin kan memaksa hati orang buat pindah agama karena kamu.” Cia menyarankan
Dannu.
“Entahlah, kufikir fikir dulu”
“Kau ini, berkorban kepada
Tuhan pakai pertimbangan.”
“Emmmb kapan-kapan kita
ngobrol bareng lagi, kamu sempat kan??” Tanya Danu
“Kalo aku gak sibuk kerja,
ntar kasi tau aja. Nih Pin BB aku “
“Oke….thanks ya Cia”
“jangan promosi Broadcast yang
gak penting yah…males banget”
“emangnya aku buka olshops”
“Hahahaha….Cia ngomong-ngomong
Thanks ya, aku mau pamit udah sore”
“Oke…nanti mampir aja lagi
kalo lagi butuh temen. “
“Sip, minggu depan mau ke
gereja bareng? Ntar aku jemput”
“Boleh juga, kesini aja”
“Oke selamat sore, terimakasih
Cia” Motor pun dinyalakan dan Dannu bergegas pulang.
Dannu memikirkan perkataan
Cia, tentang memaksa Rani untuk pindah hanya karena dirinya bukan kemauannya
sendiri. Ia juga memikirkan perkataan Rani, tak ada orang yang menikah untuk
bercerai. Jika ia memaksa Rani untuk pindah maka kemungkinan-kemungkinan tersebut
akan terjadi. Begitu juga dengan Dannu jika ia melakukan hal yang sama.
Keesokan harinya Dannu menemui
Rani, mereka duduk berdua sambil berpegang tangan. Mereka seperti tak rela jika
mereka harus terpisahkan.
“Ran, jika kita berpisah apa
kau membenciku?”
“Bicara apa??? Aku mencintaimu
mana mungkin aku membencimu dengan cintaku.
“Tapi ini serius Ran, aku
sulit sekali menarik simpulan merah ini”
“Aku tetap milikmu sampai
kapanpun, Dannu percayalah”
“Apa kau sudah berubah pikiran
untuk pindah agama bersamaku, Rani jawab lah jika iya aku sangat bahagia jangan
kau beri harapan palsu lagi”
Rani menggelengkan kepalanya,
dan mencerutkan keningnya.
“Lalu apa artinya ini?”
“Tidak semua cinta harus
berakhir kecewa, mungkin kebahagiaan kita terdapat dimasing-masing hati, tugas
kita hanya menemukan”
“Kau sungguh-sungguh Rani?
“Ya, (Gerimis bercampur air
mata basahi di pipi Rani) Aku tak punya alasan untuk menyuruhmu tetap tinggal,
bahkan cintapun tak punya kekuatan mutlak untuk tetap bertahan”
Dannu seperti terpukul palu,
harusnya Dannu yang mengungkapkan itu duluan tetapi Rani seakan tau maksud hati
Dannu.
“Sayang, aku tau kau saat ini
mendekati seorang gadis, mungkin jodohmu bukan lah aku. Sebab dalam beberapa
waktu kau sudah akrab dengannya, dia juga baik …bimbinglah dia.”
“Aku hanya berteman, Ran”
“Kau dan aku dulu juga seorang
teman bukan, apa yang kau risaukan lagi”
“Sebab yang kucintai adalah
dirimu, bukan dia”
“Lama-lama Cinta itu juga
hilang, kalau kau bisa jatuh cinta dengannya” tandas Rani.
“Aku tak bisa Rani, aku Cuma
inginkan kamu bukan orang lain”
“Tuhan tak menginginkan kita
satu, Dia hanya ingin melihat kita bahagia sementara”
“Kita bisa mengubahnya, Rani
kau begitu keras kepala”
“Aku tak bisa mengubah Takdir
ku tentang Tuhanku, Aku bisa tanpamu tapi tidak dengan Tuhan”
“Cintaku Cuma untuk kamu,
jangan coba kau lupakan aku”
“Sedikitpun, sejauh apapun
kita terpisah melupakanmu sama saja menyuruhku bunuh diri”
“Bagaimana dengan aku??? Apa
kau bisa bahagia setelah 7 tahun lamanya lalu kita berpisah begitu saja.
Sia-sia”
“Tak ada cinta yang sia-sia,
semua pasti memiliki keindahan masing-masing.”
“Kau sepertinya ingin segera
berpisah dariku Rani, Apa kau memiliki penggantiku”
“Sungguh aku setia kepadamu,
jikalau aku menemukan pengganti doa kan aku agar dapat mejaga hatiku”
“Baiklah, aku tak tau lagi
harus mengatakan apa, kalau ini jalan kita aku hanya bisa pasrah”
“Jangan menyerah, kita harus
tetap menjalani kehidupan. Sepahit-pahitnya kenyataan akan terasa pahit jika
kita masih dalam ketidakbahagiaan yang kita ciptakan sendiri”
Kesedihan tak dapat dipungkiri
antara Rani dan Dannu ia saling menggenggam tangan dan berpelukan. Bertabur air
mata sungguh ini seperti drama. Dekapan erat begitu khusyuk mewarnai isak
tangis keduanya. Tentu orang tua mereka sudah mengetahui dan orang tua mereka
juga tidak menyetujui jika Rani Pindah agama orangtua nya tak menganggap lagi
Rani sebagai anaknya, begitupun Dannu jika dannu pindah ia kan tercoret dari
daftar keluarga dan merusak nama baik ayahnya sebagai imam gereja di tempatnya
tinggal.
“Pelukan ini adalah pelukan
yang amat dan sangat berharga bagiku, Wanita sepertimu adalah wanita yang
pintar, cerdas, baik dan cantik. Aku akan iri jika melihatmu bersama lelaki
yang lain, aku tahu aku tak akan rela. Tapi mau bagaimana ini sudah menjadi
takdir kita. Mungkin di sini di dunia ini kita terpisah, kuharap Di sana di
Dunia lain kita dapat bersatu.I Love U” Dannu mencium kening Rani sambil
memeluknya erat.”
Hari ini juga aku ingin
berikrar, bahwa sampai kapanpun bahkan sampai aku lupa sekalipun aku akan tetap
menyimpan rasa untukmu kekasih ku. Sekalipun aku buta dan tuli aku akan tetap
menyimpan rasa itu, meskipun saat terlelap dan bangun tidurku nyatanya
didekapan orang lain rasa sayangku tak pernah hilang. Sebab bisa saja kulupa
rautmu, bahkan namamu tapi cinta tak buta rasa, ia tau dan ia ada.