#surat_cintavahira
surat cinta yang terbang tanpa penerima.
cerita ini kisah seorang gadis berkacamata yang baru saja ditinggalkan
oleh kekasihnya. vahira gadis 19 tahun yang cantik dan pintar tetapi
cukup rapuh untuk kata cinta. Teta Rasta nama kekasih yang selama ini ia
puja dan puji ternyata telah melakukan kesalahan terbesar untuk
percintaan mereka yang sudah 3 tahun lamanya ia bersama.
vahira anak
tunggal yang tinggal bersama kakeknya disebuah desa sadaniang. di desa
itu banyak anak kecil dan tak ada anak perempuan yang seumuran
dengannya. ia sengaja pindah kerumah kakeknya untuk pergi menjauh dari
pahitnya kisah cinta yang ia rasakan saat bersama Teta. Teta yang
tadinya ia anggap orang yang baik dan tak mungkin menyakiti hati nya
tega berselingkuh dengan wanita lain hingga wanita itu hamil.
bagaimana tidak perasaan vahira tak hancur waktu itu, sebab selama
bertahun-tahun ia menjalani cinta yang palsu. semua waktu dan perasaan
yang ia berikan begitu tulus ternyata hilang begitu saja. sejak saat itu
ia menghabiskan waktunya di desa sadaniang. desa yang jauh dari
telekomunikasi dan kemajuan teknologi.
Part 1
koper dan
sebuah tas yang vahira bawa pertanda ia akan tinggal dalam waktu yang
lama serta membantu desa untuk menjadi guru di desa sadaniang. Didesa
ini merupakan desa yang jauh dari kata maju. sebab transportasi sangat
sulit untuk masuk disini.
Desa sadaniang saat pertama kali diinjak
oleh vahira ia merasa akan betah walaupun disana ia tahu akan banyak
ketinggalan informasi kecuali ia pergi kepasar itu pun seminggu sekali
bila sempat.
penduduk di desa sadaniang senang atas kedatangan guru
vahira. vahira hanya seorang lulusan akuntansi manajemen tetapi saat ia
kuliah ia membuka jasa les privat bagi siswa sekolah dasar. sehingga tak
canggung baginya bila harus menjadi guru disebuah desa apalagi itu
adalah desa kakeknya.
pagi itu tepatnya pukul 9 vahira membuat
taman-taman kecil di depan sekolah dasar tempat ia akan mengajar nanti.
ditemani kakek nya yang terlihat masih segar hanya saja sang nenek telah
pergi lebih dulu karena kanker payudara nya. vahira sengaja membuat
taman bunga agar sekolah ini tak membosankan baginya.
satu persatu
tangkai bunga di tanam dalam pot dan perkarangan depan kelas. sambil
mengumpulkan daun-daun kering ia buat satu bentuk rumah dengan kumpulan
daun itu dan ia bingkai lalu dipajang. lalu ia memungut ranting pohon
yang kecil dan ia buat menjadi tempat spidol dan penghapus.
dikamar vahira hanya ada sebuah ranjang kayu bertingkat 2 serta sebuah lemari kayu yang agak keropos.
vahira yang sangat pintar dan kreatif ia membuat kamarnya senyaman
mungkin walaupun tanpa lampu ia membuat pelita yang terang untuknya
menulis sebuah surat.
dibawah jendela vahira ada sebuah sungai yang
deras sehingga sesekali ia membuka jendelanya untuk menerbangkan surat
cintanya diatas air. setiap minggu ia melakukan hal itu menceritakan
kisah nya lalu menerbangkannya.
dear, Teta rasta
Salam sedihku, malam minggu pertamaku.
#surat ku yang pertama
kutulis atas dasar kecewa yang bertubi-tubi yang saat ini tengah
mencabik perih kedua biji mataku yang kau tahu aku akan menangis. aku
tak pernah ingin cerita ini menjadi hitam...seperti gelapnya malam
dikampung sadaniang ini. sengaja aku disini untuk menikmati kelamnya
tanpa seorang pujangga yang dulu pernah berkata setia untukku. entah
badai apa pujanggaku pergi tanpa irama. aku tahu bukan lah dia, bukan
lah hanya dia yang ada dibumi ini. tapi aku telah bahagia sebelum aku
tahu keburukannya.
kau orang yang kupuja yang kusanjung hingga
kelangit , pria yang ku beri makna kegagahan atas milik tubuh ini. tapi
itu tak berarti lagi bagiku. kau kini telah melakukan kesalahan terbesar
untuk mengakhiri hubungan ini. dan kini aku putuskan aku akan menjauh
dan mencari sisi terangku digelapnya malam yang di iringi suara kodok
yang memanggil hujan...
kumulai perjalananku untuk akhiri perasaanku......tertanggal 15 feb 2014
surat dilipat dan mulai di terpa angin dan menghanyutkan kertas itu ke arah angin yang berhembus.
"Teta kuharap kau akan mengerti, dan ku tak ingin bertahan dengan kepalsuan ini".
jendela ditutup , cahaya pelita diperkecil saatnya vahira memanjakan
dirinya diatas kasur yang memang tidaklah empuk tetapi cukup nyaman
untuk dinikmati saat kelam dan mata mengantuk.
sambil melihat foto
kedua orangtua nya vahira hanya berdoa walaupun orangtua mereka berpisah
dan memilih berkeluarga baginya tak masalah bila mereka akan baik-baik
saja. hingga ia terlelap dan memejamkan mata
#continue
mentari pagi pun tampak malu malu masuk di sela jendela kamar vahira
pagi itu. kicauan burung burung yang bersahut sahutan dari luar memaksa
vahira harus membuka matanya dan mengosok-gosok matanya lalu berdiri
dan menyilangkan kedua tangan nya sambil mengumpulkan tenaga. ia pun
keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk cuci muka dan gosok gigi.
setelah itu ia memasak air untuk membuat kopi dan susu hangat untuk
vahira dan kakeknya, sekaligus membuat sarapan pagi. setelah sarapan
selesai ia membersihkan dirinya kesungai yang dingin dan cukup membuat
tubuh mengigil setelah mengeringkan tubuh di atas tangga tempat mandi.
didesa masih belum ada kamar mandi khusus, jadi untuk mandi hanya
menggunakan kain didesa sadaniang menyebutnya "kemban" untuk menutupi
dada hingga lutut.
awalnya vahira merasa malu dan bertanya-tanya
"bagaimana cara menggunakan nya ? apa tidak terjatuh kebawah bila
ikatannya lepas?" ia memperhatikan ibu-ibu yang juga sedang memandikan
anaknya dan mencuci pakaian yang menggunakan kemban. dan ia melihat
seorang wanita muda yang masih muda sekitar 15 tahun juga menggunakan
kemban dan vahira mengikuti bagaimana ikatannya agar tidak mudah
terlepas dari tubuh. cukup lama ia berendam diair tersebut dan mereka
yang sibuk memandikan anaknya, mencuci dan mandi telah selesai vahira
termenung sejenak ada baiknya warga dikampung sangat perhatian terhadap
anak nya, juga pekerjaan nya sebagai seorang ibu. namun, ibu vahira
tidak seperti ibu yang ada di desa Sadaniang ini yang bertanggun jawab
terhadap tugasnya sebagai seorang ibu.
dan vahira berharap kelak
bila ia menjadi seorang ibu, ia tak akan mau membuat putra putrinya
merasa kesepian karena harus dititipkan ke orang lain.
Teringat lagi
dengan kebohongan teta, bagaimana mungkin ia memiliki anak sedangkan
pertunangan nya kandas ditangan sang maut "wanita idaman lain" karena
vahira masih mengingat jelas janji kekasihnya waktu itu, "percaya saja
va aku akan selalu setia dan selalu ada kecuali maut yang memisahkan
kita berdua." begitulah ucapan teta saat itu. Dan benar WIL adalah maut
yang selama ini vahira khawatirkan. dan vahira hanya mengadah ke langit
berharap hari yang ia lalui menjadi bermakna.
tubuh vahira pun mengering setelah berkali-kali ia mengelap tubuhnya dengan handuk.
terasa segar rona wajah vahira pagi itu setelah sarapan ia lansung
keluar menuju sekolah dasar sadaniang yang tidak terlalu besar itu.
lonceng dari gear motor dan besi pun berbunyi"teng teng teng"pertanda kelas akan dimulai.
Sekolah sadaniang hanya memiliki 3 orang guru dan vahira jadi 4 orang
yang akan mengajar di desa itu. vahira menjadi guru olahraga dan
kesenian. tetapi bila guru lainnya tidak masuk vahira ikut membantu
mengajar mata pelajaran yang lain seperti matematika dan bahasa inggris.
vahira seringkali mempraktekkan ilmu pengetahuan nya diluar kelas agar
anak-anaknya tidak merasa bosan berada dikelas. dari membuat mainan
hingga membuat puisi tentang lingkungan sekitar. bahkan ia sering
mengajak muridnya menanam bunga sambil bernyanyi. murid murid vahira
setiap sorenya sering datang kerumah vahira membawa botol bekas dan
pipet es yang telah dibuang untuk dijadikan buah tangan karya anak-anak
dan dikumpulkan untuk diberikan nama. sesekali vahira juga sering
mengerjai muridnya yang sedikit nakal dengan bermain kecerdasan
otak...lalu mencoret pipinya menggunakan kapur tanda kesalahan. hal itu
lah yang membuat vahira senang dan terlupa sejenak akan kisah usangnya.
seminggu berlalu dengan candaan dan tawa. tidak hanya disekolah dirumah
pun saat bercocok tanam ia senang menjahili kakeknya sendiri dengan
tanah. wajar saja sang kakek marah sambil tertawa kalau cucunya itu dari
kecil senang menjahili orang lain sama seperti ayahnya "kau ini sudah
sebesar ini masih saja jahil, kau dan ayah mu itu sama aja, sama-sama
gila." begitulah ucapan sang kakek terhadap cucunya. tapi vahira tambah
tertawa melihat wajah kakeknya"kakek itu sudah seperti tentara yang siap
perang" begitu lah vahira mengejek kakeknya. "
Dasar anak nakal,
pantas saja laki-laki tak ada yang mau dengan mu kau suka menjahili
orang. " sesekali tawa pun terpecah dan begitulah kenyataannya di desa
Sadaniang.
dear, teta rasta
salam sedih, serta rindu yang berduri
Hari demi hari ,waktu ke waktu tak pernah aku tahu kapan aku berhenti
mengucap dan mengingat tentang mu. wahai kekasihku yang bukan lagi
milikku apakah kau senang terlepas dari tubuh ku....
terlepas dari tubuh yang merangkulmu saat kau lagi merasa kan lelah, saat kau merasa risau akan kah kau bisa terbiasa.
Tapi mungkin saja kau memang terbiasa sebab tak mungkin wanita itu
berbadan dua bila kau tak menikmati khilaf yang kau maksud. aku cuma
ingin perlahan mempertanyakan diriku bagaimana cara aku melupakan
kerinduan ku padamu. sebab selama bertahun-tahun hanya kau yang hiasi
telingaku dengan cerita cerita konyol dan penuh kemesraan. kini aku
terlepas dari potretmu bahkan wajahmu yang dulu sangat sering untuk
kulihat. kini aku mencoba menikmati kesendirianku dan anggaplah ini
adalah kehilafanku karena akan melupakan mu.
tertanggal 22 feb 2014....vhr
kertas pun dilipat dan ia membuka jendelanya untuk menerbangkan surat cintanya kepada entah siapa yang menerima.
#continue part 2