Rabu, 11 Mei 2016

Tuhanku atau kamu



PROLOG
Hubungan Rani dan Dannu seperti romeo dan Juliet, kemana mana mereka selalu kompak. Semua orang iri terhadapnya, meskipun keduanya berbeda agama ia selalu yakin Tuhan memiliki rencana lain untuk kehidupannya dan masa depannya. Dannu 26 Tahun bekerja disalah satu kantor swasta dan Rani seorang mahasiswa namun walaupun ilmu agamanya tidak mendalam, ia berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit agar lebih baik. Lama sudah mereka berpacaran, sejak awal masuk SMA tentu saja sudah banyak kenangan yang terekam setiap tahunnya. Banyak sekali moment-moment membahagiakan terlepas masa-masa SMA merupakan kebahagiaan yang tiada duanya. Ke mall dan Ke pantai menjadi tempat favorit mereka. Akankah mereka dapat menyatukan semua perbedaan????



Cinta ibaratkan zat zat kimia yang memiliki chemistry antara satu sama lain. Meskipun begitu mereka tak ingin terlihat romantis di depan orang banyak. karena romantis bukan untuk disengaja. Namun saat Rani sudah menyelesaikan perkuliahannya Dannu berencana akan segera melamar Rani. Selama ia berpacaran ia tak pernah bertengkar megenai status agama, biasanya mereka hanya akan bertengkar tentang siapa yang akan menutup telpon duluan. Namun kali ini mereka tak dapat menghindari masalah satu ini. Ini masalah Tuhan dan hati manusia. Selain manusia tak akan tahu rasanya seperti apa memilih seseorang yang dicintai atau agama yang dibawa sejak lahir.
“Kau tak pernah serius menjalani hubungan ini Ran” Ucap Dannu
“Coba kau fikir mana ada orang yang menikah untuk bercerai…dan tak ada orang yang berpacaran untuk putus., lantas kau menyalahkanku karena kita berpacaran?” Rani memberi pandangan.
“Kalau begitu mengapa kau tak pindah agama saja, ayo ikut agamaku tinggalkan agamamu buat aku yakin kau sungguh mencintaiku?” Dannu mencoba menekankan argumennya kepada Rani.
“Kalau kau mau tau aku mencintaimu atau tidak, mungkin saat ini aku sudah dengan yang lain bahkan detik ini juga aku tak perduli apa yang ingin kau katakan” air mata Rani jatuh ke pipi.
“Aku Mencintaimu Ran, Ayo lah” bujuk Dannu.
“Ya aku tau, sudah lama kau ada dihatiku tidaklah mungkin aku membual akan rasa cinta tentang mu juga, tapi harusnya kita tak perlu selama ini bercinta karena pada akhirnya hati ini akan tersobek dengan sendirinya” Rani semakin sedih.
“Apa kau benar-benar ingin melupakanku???? Apa kau sejahat itu Rani ,(menatap dalam) Baiklah sekarang kau pilih agamamu atau berpisah??. Mata Danu ikut berkaca-kaca seakan berat mengutarakan pertanyaan pilihan itu.
“Bila Tuhan hanya satu, Untuk apa kita memilih Tuhan, Jika ia Esa kenapa agama masih berkuasa, Tanpa harus membuat pilihan agamaku atau berpisah.” Rani meneruskan.
“Lalu kita harus bagaimana, tidak mungkin kita terus menjalani hubungan tanpa kepastian. Sampai kapan Rani,???, Danu seakan tak sabaran akan jawaban Rani.
“Kenapa kau kekeh memaksaku untuk ikut denganmu?” Rani mempertanyakan lagi
“Karena aku calon Kepala Keluarga, karena aku yang akan memutuskan segala sesuatunya karena itu kau harus ikut denganku”
“Apa hanya itu, bukan kah rumah tangga harus dibangun oleh dua orang, jika kau berfikir hanya kau yang mengambil keputusan untuk apa aku menikah denganmu. Aku bukan babu yang mengikuti seluruh keinginanmu, begitupun dirimu kau bukan pengemis yang meminta rasa percayaku terhadap Tuhanku ” Rani protes.
“Aku berkomitmen untuk lahir Kristen dan harus mati Kristen” Dannu mencoba kembali menegaskan.
“Ya aku juga ingin demikian lahir islam matipun dalam keadaan islam, kau fikir aku tak punya komitmen,
Adu argumen antara Rani dan Dannu sepertinya tak sudah-sudah, mereka memang saling mencintai namun pilihan keyakinan antara keduanya sangat menyulitkan. Agama pegangan hidup jika tak beragama maka orang-orang tak memiliki pedoman. Masing-masing mempertahankan keimanannya.  Cinta ini sudah diujung tanduk, tak ada sebab musabab perselingkuhan apalagi tidak keperdulian yang ada hanya keyakinan antara ganti Tuhan, atau ganti pacar. Sinar mentari mulai redup rani memutuskan untuk pergi dan mencari tempat menenangkan diri.
***
“Sia-sia Ran hubungan mu dengan Dannu, itu hanya akan membuatmu semakin sakit jika terus bertahan, Suffie memberikan pendapat. Suffie teman akrab Rani sejak SMA.
“Tapi suffie, aku juga sayang sama dia. Kami berdua sama-sama setia” ucap Rani.
“Ya..sulit memang Ran, Tapi apa kau mau ganti Tuhan.???”
Sontak Rani terkejut dan memandangi Suffie dengan Sinis “Kau fikir aku akan murtad, Gila “.
“Lantas kau memilih putus dengan Danu?, Suffie bertanya memastikan.
“Huffft ….” Rani menghempaskan tubuhnya diranjang suffie dan rani menarik nafas panjang.
“Aku juga tak yakin bisa berpisah dengan Dannu…aku sudah lama dengannya, rasanya aku bisa mati kalau tahu aku akan berpisah seperti ini.”
“Itu sama saja kau Menuhankan Cinta, Ran” Suffie menambahkan.
“Hal itu juga yang membuatku ragu Suff, hubungan ini sudah hampir 7 Tahun harusnya tak perlu selama ini jika akan berakhir dalam 7 detik.” Rani mulai meneteskan air matanya.
Suffie merangkul berusaha menenangkan hati Rani yang gundah.
“Begini saja ran kamu pergi kebelakang ambil wudhu sholat istigharah insyaallah kamu akan menemukan jalan keluarnya. Jika masih belum menemukan apapun maka nanti malam kamu kembali sholat dengan niat hati yang ikhlas.” ucap suffie.
Rani menganggukan kepalanya dan langsung bergegas menuju kearah dapur untuk mengambil wudhu.
5 menit berlalu, Rani masih saja duduk bersimpuh mengadahkan kedua tangannya air mata terus membasahi pipi anggun nya. Suffie merasa khawatir akan kondisi Rani yang terus menangis dan menangis.
“Ran….” Suffie menghampiri rani yang terus saja menangis.
“Suffie, aku gak sanggup, aku ingin mati saja”
“Ran, Istighfar kamu ngomongin apa sih”
“Aku gak bisa bayangkan kalo aku harus memilih pertama kalau aku memilih murtad maka aku akan terus hidup dalam ketidak tenangan, jika aku memilih tetap menjadi seorang muslim maka aku harus kehilangan orang terdekatku yang selalu memberiku kebahagiaan” Rani tersedu-sedu menahan pedihnya akan sebuah pilihan.
“Rani, seorang muslim tidak pantas mengambil hak atas kehendak Allah SWT baik itu mati, Jodoh apalagi rejeki. Semua akan mendapatkan apa yang pantas menjadi miliki mereka, begitupun garis hidupmu”
“Tapi suffie aku sudah tidak tahan, aku tak pernah secinta ini dengan siapapun”
“Jika kau mencintainya, maka pergilah dari pelukannya, tapi bila kau ragu pastikan kau memutuskan yang terbaik dalam hidupmu”
“Maksudmu???” Tanya rani ke sahabatnya itu.
“Maksudku, jika kau membuat keputusan yang sulit maka ambil yang sangat sulit bagimu untuk melakukannya. Kesulitan itulah yang akan membuatmu semakin yakin kau tak kan sendiri.”
“Sungguh aku benar-benar mencintainya, sedikitpun aku tak pernah mempersalahkan agamanya karena aku juga tahu betapa hatinya tulus, tapi aku tak tahu bagaimana melewati hari-hari tersulitku jika aku benar melupakan tentangnya.”
“Tak ada yang sulit, bila kau sungguh mencintainya. Melupakannya adalah cara terbaik untuk mencintainya.”
“Aku tak bisa setenang itu suffie, aku akan terus dan terus dihantui rasa rindu sebab perpisahan ini bukan karena orang ketiga, apalagi tentang etika, ini hanya karena agama.”
Arloji rani sudah menunjukkan jam 01.05 suffie pun sudah sedikit lelah mendengar kesedihan hati sahabatnya itu.
“Rani , hari sudah larut bagaimana kau tidur disini.

Rani mengganguk lemah, dan menuju ranjang suffie dan berbaring menatap langit-langit kamar yang dihiasi cicak-cicak, hingga ia terlelap dengan butir air mata yang membasahi pipi Rani.
Suffie menutupi tubuh Rani dengan selimut hangatnya…dan mematikan lampu kamar.
***
Lain hal dengan Dannu yang berusaha memperdalam keimananya demi meyakinkan Rani. Ia sering ke gereja dan ia juga mendapatkan seorang teman baru wanita. Gadis itu menyapa Danu yang sedang sedih saat berdoa.
“Hei… Namaku Marcia Feliciona Panggil Cia juga boleh”
Dannu tak heran, karena akhir-akhir ini wanita itu juga sering ia jumpai saat ke Gereja. Gadis itu memang terlihat ramah dengan semua orang. Hampir sebagian menyapanya saat pulang ibadah.
“Aku Dannuarta, Biasanya dipanggil Dannu”
“Senang bisa berkenalan denganmu, rumahku dekat sini. Kalau kau ingin mampir silahkan. Rumahku beratap biru bercat putih kentang, No 11. “ Sambil melontarkan Senyum.
Ya, Thanks senang juga bisa berkenalan dengan mu Cia. (tersenyum)
Dannu memang sering melewati komplek rumah cia saat mau kerumah teman nya, namun dannu tak punya kepentingan dan baru saja mengenal cia waktu di Gereja. Tapi setelah kenelan itu Dannu semakin sering lewat didepan rumah cia, namun cia tak pernah terlihat didepan rumahnya sepi.
Seminggu berikutnya Dannu kembali melihat gadis itu biasanya dannu hanya lewat dan ngobrol sebentar didepan rumah temannya. rencananya ia ingin mampir kerumah Cia, tetapi Dannu masih belum melihat Cia. Dannu menunggu setelah pulang gereja agar bisa bertemu Cia lagi.
“Ciaaaaaa(teriaak Danu) aku mampir kerumahmu ya” Danu teriak dari tempat parkir gereja. Cia mengganguk dan mengangkat jempol tangannya.
Sebelum kerumah Cia Dannu pulang untuk mengganti bajunya agar terlihat lebih santai. Rumah Danu juga tak jauh dari rumah Cia. Danu pun sampai di depan rumah Cia, Danu turun dari motor dan membuka pagar. Daun pintu pun terbuka dan disambut senyum cia.
“Masuklah, mau minum apa?”
“Apa aja, asal tidak merepotkan”
“silahkan duduk, nanti aku yang akan merepotkanmu” cia menggoda.
Dannu hanya tersenyum. Disana terdapat banyak foto cia dan tunangannya saat bertukar cincin dan foto keluarga Cia. Dannu penasaran dengan siapa ia tinggal, karena rumahnya terlihat sepi.
Cia pun datang membawa segelas Es jeruk “ Maaf Dannu agak lama, silahkan”. Cia menawarkan minum.
“Makasih nona cia, oh iya siapa pria yang ada di foto itu(menunjuk arah dinding)”
“Dia mantan tunanganku, kami baru saja putus dua minggu lalu saat aku kegereja waktu itu”
“Sorry, kamu tinggal sendirian? Tanya Dannu lagi
“Tadinya berdua dengan sepupu ku tapi karena dia sudah menikah jadi aku sendirian” pungkas Cia
“Oh Begitu, sayang sekali ya sepupumu sudah menikah, tetapi kau malah putus dengan tunanganmu, apa dia tidak menyesal memutuskan tunangan dengan orang sebaik kamu”.
“Sudahlah, dia juga sudah bahagia bersama pilihannya aku tak punya hak atas hidupnya, mungkin sudah disiapkan yang lebih baik.” Cia meyakinkan dirinya.
“Kamu sendiri sedang dalam masalah? Ku Cuma melihat kau dari jauh seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatimu, ceritakan lah” Cia meminta.
“Emhhh…aku binggung. Tapi aku butuh bercerita.
“Taka pa, aku pendengar yang baik”
“Emmbbbbb….aku baru saja mengenalmu”
“Tak apa aku tak memaksa”
“Tapi tak adil jika aku bertanya, sedangkan kau menjawab pertanyaanku. Sedangkan aku sendiri tak menceritakan apa yang terjadi denganku. Baik lahhhh”
Cia tersenyum” nahhh gitu donk”
Dannu memulai ceritanya “Begini Aku memiliki seorang kekasih. Hampir 7 tahun kami berpacaran dan rencana nya kami ingin menikah”
“Wowhhh, bagus dong kalau begitu”
“harusnya sih memang bagus” Mimik muka Dannu berubah
“Ada apa? Apa dia selingkuh???? Cia bertanya
“Tidak, dia orang yang baik, perhatian dan periang orangnya” Dannu memuji Rani
“Hanya saja kami sedang bertengkar, dan aku sulit sekali membuat keputusan”
“Sudah dibicarakan baik-baik?”
“Semuanya sudah kucoba, tapi dia tetap keras kepala untuk hal yang satu ini” Dannu mencoba menjelaskan.
“Aku gak paham, masalahnya apa sampai dia gak bisa menerima, apa kamu Gay atau Homo?hahahaha”
“Eits… Enak aja sembarangan kalau bicara! Aku normal.” Dannu membela diri.
“Kami berbeda keyakinan, Awalnya aku berjanji untuk menjaganya sampai nanti, tak akan menyakiti dia, dan aku berjanji tidak ada kata putus sampai kapanpun, yang aku risaukan saat ini bagaimana cara membujuknya untuk ikut dengan ku”
“Ohhhh…. Cinta beng beng, Cinta memang satu beng beng nya berbeda, lantas kita harus pisah hanya karena sama-sama suka beng-beng” Cia mengejek Dannu dengan lagu diiklan, hahahaha.
“Kalau gak bisa kenapa harus dipaksakan” Cia mulai serius.
“Aku gak maksa, tapi aku mau dia ikut agamaku. Dia wanita pertama yang tahan segala cuaca, dia sabar mengahadapiku.”
“Beruntung sekali kamu, punya pacar seperti dia tapi bukankah kita lahir Kristen mati tetap Kristen”.
“Itu juga yang membuatku sangsi, Cia aku gak tau harus gimana”
“Cari yang lain aja, kamu gak mungkin kan memaksa hati orang buat pindah agama karena kamu.” Cia menyarankan Dannu.
“Entahlah, kufikir fikir dulu”
“Kau ini, berkorban kepada Tuhan pakai pertimbangan.”
“Emmmb kapan-kapan kita ngobrol bareng lagi, kamu sempat kan??” Tanya Danu
“Kalo aku gak sibuk kerja, ntar kasi tau aja. Nih Pin BB aku “
“Oke….thanks ya Cia”
“jangan promosi Broadcast yang gak penting yah…males banget”
“emangnya aku buka olshops”
“Hahahaha….Cia ngomong-ngomong Thanks ya, aku mau pamit udah sore”
“Oke…nanti mampir aja lagi kalo lagi butuh temen. “
“Sip, minggu depan mau ke gereja bareng? Ntar aku jemput”
“Boleh juga, kesini aja”
“Oke selamat sore, terimakasih Cia” Motor pun dinyalakan dan Dannu bergegas pulang.
Dannu memikirkan perkataan Cia, tentang memaksa Rani untuk pindah hanya karena dirinya bukan kemauannya sendiri. Ia juga memikirkan perkataan Rani, tak ada orang yang menikah untuk bercerai. Jika ia memaksa Rani untuk pindah maka kemungkinan-kemungkinan tersebut akan terjadi. Begitu juga dengan Dannu jika ia melakukan hal yang sama.
Keesokan harinya Dannu menemui Rani, mereka duduk berdua sambil berpegang tangan. Mereka seperti tak rela jika mereka harus terpisahkan.
“Ran, jika kita berpisah apa kau membenciku?”
“Bicara apa??? Aku mencintaimu mana mungkin aku membencimu dengan cintaku.
“Tapi ini serius Ran, aku sulit sekali menarik simpulan merah ini”
“Aku tetap milikmu sampai kapanpun, Dannu percayalah”
“Apa kau sudah berubah pikiran untuk pindah agama bersamaku, Rani jawab lah jika iya aku sangat bahagia jangan kau beri harapan palsu lagi”
Rani menggelengkan kepalanya, dan mencerutkan keningnya.
“Lalu apa artinya ini?”
“Tidak semua cinta harus berakhir kecewa, mungkin kebahagiaan kita terdapat dimasing-masing hati, tugas kita hanya menemukan”
“Kau sungguh-sungguh Rani?
“Ya, (Gerimis bercampur air mata basahi di pipi Rani) Aku tak punya alasan untuk menyuruhmu tetap tinggal, bahkan cintapun tak punya kekuatan mutlak untuk tetap bertahan”
Dannu seperti terpukul palu, harusnya Dannu yang mengungkapkan itu duluan tetapi Rani seakan tau maksud hati Dannu.
“Sayang, aku tau kau saat ini mendekati seorang gadis, mungkin jodohmu bukan lah aku. Sebab dalam beberapa waktu kau sudah akrab dengannya, dia juga baik …bimbinglah dia.”
“Aku hanya berteman, Ran”
“Kau dan aku dulu juga seorang teman bukan, apa yang kau risaukan lagi”
“Sebab yang kucintai adalah dirimu, bukan dia”
“Lama-lama Cinta itu juga hilang, kalau kau bisa jatuh cinta dengannya” tandas Rani.
“Aku tak bisa Rani, aku Cuma inginkan kamu bukan orang lain”
“Tuhan tak menginginkan kita satu, Dia hanya ingin melihat kita bahagia sementara”
“Kita bisa mengubahnya, Rani kau begitu keras kepala”
“Aku tak bisa mengubah Takdir ku tentang Tuhanku, Aku bisa tanpamu tapi tidak dengan Tuhan”
“Cintaku Cuma untuk kamu, jangan coba kau lupakan aku”
“Sedikitpun, sejauh apapun kita terpisah melupakanmu sama saja menyuruhku bunuh diri”
“Bagaimana dengan aku??? Apa kau bisa bahagia setelah 7 tahun lamanya lalu kita berpisah begitu saja. Sia-sia”
“Tak ada cinta yang sia-sia, semua pasti memiliki keindahan masing-masing.”
“Kau sepertinya ingin segera berpisah dariku Rani, Apa kau memiliki penggantiku”
“Sungguh aku setia kepadamu, jikalau aku menemukan pengganti doa kan aku agar dapat mejaga hatiku”
“Baiklah, aku tak tau lagi harus mengatakan apa, kalau ini jalan kita aku hanya bisa pasrah”
“Jangan menyerah, kita harus tetap menjalani kehidupan. Sepahit-pahitnya kenyataan akan terasa pahit jika kita masih dalam ketidakbahagiaan yang kita ciptakan sendiri”
Kesedihan tak dapat dipungkiri antara Rani dan Dannu ia saling menggenggam tangan dan berpelukan. Bertabur air mata sungguh ini seperti drama. Dekapan erat begitu khusyuk mewarnai isak tangis keduanya. Tentu orang tua mereka sudah mengetahui dan orang tua mereka juga tidak menyetujui jika Rani Pindah agama orangtua nya tak menganggap lagi Rani sebagai anaknya, begitupun Dannu jika dannu pindah ia kan tercoret dari daftar keluarga dan merusak nama baik ayahnya sebagai imam gereja di tempatnya tinggal.
“Pelukan ini adalah pelukan yang amat dan sangat berharga bagiku, Wanita sepertimu adalah wanita yang pintar, cerdas, baik dan cantik. Aku akan iri jika melihatmu bersama lelaki yang lain, aku tahu aku tak akan rela. Tapi mau bagaimana ini sudah menjadi takdir kita. Mungkin di sini di dunia ini kita terpisah, kuharap Di sana di Dunia lain kita dapat bersatu.I Love U” Dannu mencium kening Rani sambil memeluknya erat.”
Hari ini juga aku ingin berikrar, bahwa sampai kapanpun bahkan sampai aku lupa sekalipun aku akan tetap menyimpan rasa untukmu kekasih ku. Sekalipun aku buta dan tuli aku akan tetap menyimpan rasa itu, meskipun saat terlelap dan bangun tidurku nyatanya didekapan orang lain rasa sayangku tak pernah hilang. Sebab bisa saja kulupa rautmu, bahkan namamu tapi cinta tak buta rasa, ia tau dan ia ada.